Cara Regresi Linear Berganda dan Uji Asumsi Klasik Data Time Series di SPSS IBM 23
REGRESI LINER BERGANDA
Ditulis oleh : Dimas Purbo Wicaksono Fenda Putra, S.E.
A.Penjelasan Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda adalah pengujian regresi linear yang menggunakan variabel bebas dan predictor lebih dari satu. Model regresi linear
berganda (multiple regression) harus memenuhi kriteria BLUE (Best Linear
Unbaised Estimator). Kriteria BLUE dapat dicapai jika data memunuhi persyaratan
pada uji asumsi klasik.
Persyaratan untuk
analisis regresi berganda atau regresi multiples adalah harus lolos dalam
serangkaian pengujian asumsi klasik. Adapun pengujiannya antara lain :
- Uji normalitas => data harus berdistribusi normal
- Uji linearitas => hubungan antara kedua variabel (independen dan dependen) harus linear (sesui/berhubungan).
- Uji multikolinearitas => data harus terhindar dari masalah multikolinearitas.
- Uji heteroskedastisitas => data harus terhindar dari masalah heteroskedastisitas.
- Uji autokorelasi => data harus terhindar dari masalah autokorelasi.
Rumus persamaan regresi :
Y=a+b1x1+b2x2+b3x3+e
Sebagai contoh, peneliti
ingin mengetahui apakah terdapat pengaruh antara variabel inflasi (X1), upah
minimum (X2), dan pengangguran (X3) terhadap PDRB atas dasar harga konstan (Y).
Data penelitian ini merupakan data time series dengan tipe sekunder dan
satuannya sudah disamakan menjadi bentuk persentase. Sampel pada data ini
sebanyak 7 tahun. Berikut adalah datanya :
Gambar
: Data Latihan
B.Tahapan Pengolahan Data
Berikut adalah tahapannya
:
Langkah
1 :
Buka program SPSS, klik variabel View. Pada bagian Name tuliskan dengan inflasi_X1,
upah_minimum, pengangguran, dan PDRB_konstan. Pada bagian type pilih numeric
(karena data berbentuk angka). Widht isikan dengan 8 (disesuaikan dengan type
data - secara default banyak digit angka adalah 8). Decimal isikan dengan 2
(disesuaikan dengan jumlah angka setelah koma). Label isikan dengan inflasi
(X1), upah minimum (X2), pengangguran (X3), dan PDRB konstan (Y) (karena pada
kolom label ini merupakan penjelasan secara detail dari kolom label). Values
pilih none (kode ini hanya diisikan jika variabel yang digunakan adalah
kategorik). Missing pilih none (karena missing merupakan data yang tidak diikut
sertakan dalam analisis). Columns isikan dengan 8 (samakan dengan isian widht)
(columns merupakan lebar kolom). Align pilih right (fungsinya menentukan teks
kiri, tengah, atau kanan data yang kita masukkan). Measure pilih scale
(disesuaikan dengan jenis-jenis data kuantitatif apakah berbentuk scale,
ordinal, atau nominal). Role pilih input (diseaikan dengan peran variabel
input, target, keduanya, none, partisi atau split).
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
2 :
Selanjutnya klik Data View, kemudian masukkan data yang sudah tersusun
(inflasi, upah minimum, pengangguran terbuka, dan PDRB konstan).
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
3 : Pilih
Analyze – Regression –Linear.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
4 : Pada
tampilan kotak dialog “Linear Regression”, masukkan variabel inflasi (X1), upah
minimum (X2), pengangguran terbuka (X3), dan PDRB konstan (Y). Untuk variabel X
(independen) masukan pada kotak independent(s) dan variabel Y (dependen)
masukkan pada kotak dependent. Bagian method pilih enter. Setelah itu klik
Statistics.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
5 : Bagian
“Linear Regression : Statistics”, beri tanda pada Estimates dan Model fit
kemudian klik Continue.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
6 : Kembali
ke “Linear Regression”. Klik ok.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
7 : Hasilnya
sebagai berikut :
Tabel
Variables Entered/Removed
Gambar
: Hasil Output SPSS Statistics IBM 23
Interpretasi Output :
Hasil output di atas menginformasikan tentang
varabel dan metode yang digunakan dalam penelitian analisis regresi. Variabel
independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah inflasi, upah minimum,
dan pengangguran terbuka. Sementara untuk variabel dependen adalah PDRB
Konstan. Metode yang digunakan dalam analisis regresi ini adalah Enter. Pada
kolom variables Removed tidak muncul angka artinya tidak ada variabel yang
dibuang.
Tabel
Model Summary
Gambar
: Hasil Output SPSS Statistics IBM 23
Interpretasi Output
:
Hasil output di atas menginformasikan tentang nilai
kontribusi yang menyebabkan terjadinya hubungan/pengaruh variabel independen
(inflasi, upah minimum, dan pengangguran terbuka) secara serentak/bersama-sama
(simultan) terhadap variabel dependen (PDRB konstan). Nilai kontribusi yang
dimaksud disini adalah koefisien determinasi. Hasil dari nilai koefisien
determinasi adalah sebagai berikut :
Nilai R Square sebesar 0.976 atau 97.6%. Nilai ini berasal
dari hasil koefisien korelasi “R” yang dikuadratkan (R=0.988 dikuadratkan
menjadi 0.976). Besaran nilai R Square (angka koefisien determinasi) mengandung
arti bahwa variabel inflasi (X1), upah minimum (X2), dan pengangguran terbuka
(X3) secara serentak/bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel PDRB
konstan (Y) sebesar 97.6% dan sisanya 2.4% (di dapat dari 100%-97.6%)
dipengaruhi variabel lain diluar model atau persamaan regresi atau variabel
yang tidak diteliti.
Persyaratan baik atau tidak nilai koefisien determinasi
adalah bila nilanya tidak lebih kecil dari 50% dan lebih besar dari 95%-98%.
Karena untuk nilai yang lebih besar dari 95%-98% maka akan ada kecenderungan
data lancung. Data lancung dapat mengakibatkan regresi menjadi bias atau variabel
seakan memiliki berhubungan dan pengaruh terhadap variabel lain padahal dalam
kenyataannya sama sekali tidak saling berhubungan.
Tambahan : Penelitian yang menggunakan data primer yang
berbentuk cross section maka koefisien determinasi 0.2 atau 0.3 sudah
dinyatakan baik, kecuali untuk data sekunder.
Tabel
ANOVA
Gambar
: Hasil Output SPSS Statistics IBM 23
Interpretasi Output :
Hasil output di atas menginformasikan tentang apakah terdapat pengaruh inflasi, upah minimum, dan
pengangguran terbuka secara serentak/bersama-sama (simultan) terhadap PDRB
konstan.
Tentukan terlebih dahulu
rumusan hipotesis dalam uji f atau simultan. Rumusan hipotesa yang digunakan
dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh inflasi (X1), upah minimum (X2),
dan pengangguran terbuka (X3) secara serentak/bersama-sama (simultan) terhadap
PDRB konstan (Y).
Uji hipotesa ini
dilakukan dengan dua macam cara yaitu :
Dilihat nilai
signifikansi (sig.) dari ouput ANOVA :
1.Bila nilai sig. < 0.05 (disesuaikan
dengan tingkatan alpha masing-masing) maka dipotesis diterima. Artinya inflasi
(X1), upah minimum (X2), dan pengangguran terbuka (X3) secara serentak atau
bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap PDRB konstan (Y).
2.Bila nilai sig. > 0.05 (disesuaikan
dengan tingkatan alpha masing-masing) maka dipotesis ditolak. Artinya inflasi
(X1), upah minimum (X2), dan pengangguran terbuka (X3) secara serentak atau
bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh terhadap PDRB konstan (Y).
Dilihat nilai
F-hitung dengan F-tabel dari output ANOVA :
1.Bila nilai F-hitung > F-tabel
(disesuaikan dengan F-tabel) maka dipotesis diterima. Artinya inflasi (X1),
upah minimum (X2), dan pengangguran terbuka (X3) secara serentak atau
bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap PDRB konstan (Y).
2.Bila nilai F-hitung < F-tabel
(disesuaikan dengan F-tabel) maka dipotesis ditolak. Artinya inflasi (X1), upah
minimum (X2), dan pengangguran terbuka (X3) secara serentak atau bersama-sama
(simultan) tidak berpengaruh terhadap PDRB konstan (Y).
Hasil
Penelitian :
Dilihat nilai
signifikansi (sig.) dari ouput ANOVA :
Nilai sig. 0.006 <
0.05 artinya hipotesis diterima dan variabel inflasi (X1), upah minimum (X2),
pengangguran terbuka (X3) secara serentak/bersama-sama (simultan) berpengaruh
terhadap PDRB konstan (Y).
Dilihat nilai
F-hitung dengan F-tabel dari output ANOVA :
Sebelum menentukan
hipotesis diterima atau tidak. Kita cari nilai F-tabel terlebih dahulu. Berikut
adalah contoh tampilan F-tabel.
Gambar
: F-Tabel 0.05
Cari nilai df terlebih
dahulu dengan rumus :
Keterangan :
k=jumlah variabel penelitian (independen)
n=jumlah observasi/data/responden
df=degree of freedom
Dalam penelitian ini
jumlah k = 3 (inflasi, upah minimum, dan pengangguran terbuka). Jumlah n = 7
tahun (dari tahun 2010-2016). Selanjutnya kita masukkan ke dalam rumus menjadi
:
Setelah itu lihat
pada nilai F-tabel .
Gambar
: F-Tabel 0.05
Kita peroleh nilai
F-tabel sebesar 6.59. Nilai ini bandingkan dengan F-hitung. Berdasarkan output
ANOVA di dapat nilai F-hitung sebesar
41.520 > 6.59, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesisi diterima dan variabel
inflasi (X1), upah minimum (X2), pengangguran terbuka (X3) secara
serentak/bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap PDRB konstan (Y).
Tabel
Coefficients
Gambar
: Hasil Output SPSS Statistics IBM 23
Interpretasi Output :
Hasil output di atas menunjukkan nilai yang di dapat
dari tabel ini adalah persamaan regresi dan pengaruh antara variabel independen
terhadap variabel dependen secara sendiri-sendiri (parsial). Rumus persamaan
regresi dalam persamaan regresi ini adalah :
Y=a+bx1+bx2-bx3+e
Y=2.853+0.002+0.282-0.007+e
Hipotesa yang diajukan :
H1 : terdapat
pengaruh inflasi (X1) terhadap PDRB konstan (Y).
H2 : terdapat
pengaruh upah minimum (X2) terhadap PDRB konstan (Y).
H3 : terdapat
pengaruh pengangguran terbuka (X3) terhadap PDRB konstan (Y).
Sebelum melakukan uji hipotesis,
terlebih dahulu harus diketahui dasar pengambilan keputusan dalam uji t
parsial. Pengambilan keputusan ada dua cara yaitu :
Dilihat nilai
signifikansi (Sig.) dari output Coefficients :
1.Bila nilai sig. < 0.05 (disesuaikan
dengan tingkatan alpha masing-masing) maka dipotesis diterima. Artinya terdapat
pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara parsial.
2.Bila nilai sig. > 0.05 (disesuaikan
dengan tingkatan alpha masing-masing) maka dipotesis ditolak. Artinya tidak terdapat
pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara parsial.
Dilihat nilai
T-hitung dengan T-tabel dari output Coefficients :
1.Bila nilai T-hitung > T-tabel
(disesuaikan dengan T-tabel) maka dipotesis diterima. Artinya terdapat pengaruh
variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara parsial.
2.Bila nilai T-hitung < T-tabel
(disesuaikan dengan T-tabel) maka dipotesis ditolak. Artinya tidak terdapat
pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y) secara parsial.
Hasil Penelitian :
Dilihat nilai
signifikansi (Sig.) dari output Coefficients :
1.Nilai signifikansi (sig.) variabel inflasi
sebesar 0.236 > 0.05 artinya hipotesis ditolak dan variabel inflasi (X1)
tidak berpengaruh terhadap PDRB konstan (Y) secara parsial.
2.Nilai signifikansi (sig.) variabel upah
minimum sebesar 0.013 < 0.05 artinya hipotesis diterima dan variabel upah
minimum (X2) berpengaruh terhadap PDRB konstan (Y) secara parsial.
3.Nilai signifikansi (sig.) variabel
pengangguran terbuka sebesar 0.522 > 0.05 artinya hipotesis ditolak dan
variabel pengangguran terbuka (X3) berpengaruh terhadap PDRB konstan (Y) secara
parsial.
Dilihat nilai
T-hitung dengan T-tabel dari output Coefficients :
Rumus mencari T-tabel :
Keterangan :
α=alpha (signifikan yang digunakan)
k=jumlah variabel penelitian (independen)
n=jumlah observasi/data/responden
df=degree of freedom
Sehingga hasil-nya :
Angka 3 merupakan angka
yang sudah ada di hasil anova yaitu pada residual df. Cara ini hanya sebagai
pembuktian bahwa hasil perhitungan sama dengan hasil output residual df.
Setelah kita mengetahui
T-tabel = 0.025 ; 3. Langkah selanjutnya kita cari nilai pada t-tabel. Berikut
adalah tampilan dari T-tabel.
Gambar
: F-Tabel df 1-40
Nilai ini bandingkan
dengan T-hitung.
Gambar
: F-Tabel df 1-40
Dilihat output Coefficients
di dapat nilai T-hitung :
1.Inflasi (X1) sebesar 1.477 < 3.18245,
sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesisi ditolak dan variabel inflasi (X1)
tidak berpengaruh terhadap PDRB konstan (Y) secara parsial.
2.Upah Minimum (X2) sebesar 5.344 >
3.18245, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesisi diterima dan variabel Upah
Minimum (X2) berpengaruh terhadap PDRB konstan (Y) secara parsial.
3.Pengangguran Terbuka (X3) sebesar -0.722
< 3.18245, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesisi ditolak dan variabel
Pengangguran Terbuka (X3) tidak berpengaruh terhadap PDRB konstan (Y) secara
parsial.
Intinya : nilai
signifikansi (sig.) dan nilai t-hitung saling mengikuti. Bila nilai
signifikansi (sig.) menerima hipotesis maka nilai T-tabel juga akan merima hipotesis.
Setelah kita mengetahui
hasil regresi, langkah selanjutnya kita cari hasil pada uji asumsi klasik.
Caranya :
Langkah
8 : Kita
lakukan uji normalitas. Pilih Analyze => Regression => Linear.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
9 :
Seperti pada langkah keempat di tampilan kotak dialog “Linear Regression”,
masukkan variabel inflasi (X1), upah minimum (X2), pengangguran terbuka (X3),
dan PDRB konstan (Y). Untuk variabel X (independen) masukan pada kotak
independent(s) dan variabel Y (dependen) masukkan pada kotak dependent. Bagian
method pilih enter.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
10 : Kemudian pilih Save dan akan muncul tampilan “Linear
Regression Save”. Centang pilihan Unstandardized pada bagian residual.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
11 : Pilih Continue. Kemudian klik ok.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
12 : Menghasilkan variabel baru bernama Unstandardized
Residual (RES_1).
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
13 : Selanjutnya menuju ke Analyze => Deskriptive
Statistics => Deskriptives.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
14 :
Muncul tampilan “Deskriptives”. Masukkan variabel Unstandardized Residual
(RES_1) ke kotak sebelah kiri dan pilih Options.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
15 :
Pada tampilan “Deskriptives Options” centang Kurtosis dan Skewness. Kemudian
klik Continue.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
16 :
Klik ok.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
17 :
Hasilnya sebagai berikut :
Gambar
: Hasil Output SPSS Statistics IBM 23
Hasil output di atas
terlihat bahwa nilai rasio skewness (dilihat di Statistic dan Std.Error)
sebesar 0.652/0.794 = 0.821. Nilai rasio kurtosis (dilihat di Statistic dan
Std.Error) sebesar -0.066/1.587 = -0.041. Rasio skewness dan kurtosis nilainya
diantara -2 dan tidak lebih dari +2, kesimpulan : data berdistribusi normal.
Langkah
18 : Selanjutnya uji autokorelasi. Lakukan uji seperti pada
uji normalitas. Pilih statistics. Centang Durbin-Watson pada bagian Residuals.
Klik continue.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
19 :
Klik ok.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
20 :
Hasilnya sebagai berikut.
Gambar
: Hasil Output SPSS Statistics IBM 23
Interpretasi Output :
Hipotesa yang diuji :
H0 : p = 0
(tidak ada autokorelasi)
H1 : p ≠ 0
(ada autokorelasi)
Penetuan interpretasi
hasil :
a).Bila nilai durbin watson terletak diantara
DU sampai 4-DU => tidak ada autokorelasi (koefisien autokorelasi sama dengan
nol).
b).Bila nilai durbin watson lebih kecil dari
DU => ada autokorelasi positif (koefisien autokorelasi lebih besar dari
nol).
c).Bila nilai durbin watson berada diantara
DL dan DU => tidak dapat disimpulkan.
d).Bila nilai durbin watson lebih besar dari
4-DU => ada autokorelasi negatif.
e).Bila durbin watson berada diantara 4-DU
dan 4-DL => tidak dapat disimpulkan.
Penentuan ada atau
tidaknya autokorelasi adalah dengan menentukan nilai DL dan DU terlebih dahulu.
Untuk menentukan nilai DL dan DU gunakan derajat kepercayaan 5% atau derajat
kepercayaan yang dijadikan patokan masing-masing peneliti. Nilai n pada data
ini adalah 7 tahun dengan 3 variabel independen (k).
Penentuan Nilai
|
|
Durbin
Watson
|
2.768
|
N
(jumlah observasi)
|
7 tahun
|
K
(variabel independen)
|
3 variabel
|
Nilai
DL
|
?
|
Nilai
DU
|
?
|
Nilai
4-DL
|
?
|
Nilai
4-DU
|
?
|
Kita cari pada tabel
durbin watson.
Gambar
: Tabel Durbin Watson (DW), α = 5%
Hasil perncarian tabel
durbin watson tidak menemukan hasil. Maka solusinya tambah observasi yang
tadinya 7 tahun menjadi 8 atau seterusnya.
Bila observasi penelitian
ada 8 tahun maka nilai DL = 0.3676 dan DU = 2.2866. Sehingga nilai 4-DL =
3.6324 dan 4-DU = 1.7134. Bila sudah mendapatkan hasil-nya, kita bisa lanjutkan
untuk penentuan apakah data terjangkit autokorelasi atau tidak. Perlu diingat,
ini adalah contoh saja (karena data tidak ditemukan nilai DL dan DU, maka
sebagai contoh penulis andaikan jika data memiliki jumlah observasi 8 tahun
dengan nilai durbin watson tetap).
Gambar
: Tabel Durbin Watson (DW), α = 5%
Gambar
: Posisi Koefisien Durbin Watson
Interpretasi Output :
Hasil perandaian (hanya
contoh saja) menunjukkan nilai durbin watson berada pada daerah tidak ada
autokorelasi. Sehingga kesimpulan contoh perandaian ini adalah data tidak
terjangkit masalah autokorelasi.
Langkah
21 : Kita lakukan uji multikolinearitas. Lakukan uji
seperti pada uji normalitas. Pilih statistics. Centang Collinearity Diagnostics
pada bagian Regression Coefficients. Klik continue.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
22 :
Klik ok.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
23 :
Hasilnya sebagai berikut.
Gambar
: Hasil Output SPSS Statistics IBM 23
Interpretasi Output
:
Berbagai macam cara yang
bisa kita lakukan untuk menentukan apakah suatu model memiliki gejala penyakit
multikolinearitas. Pada penelitian ini hanya di perlihatkan untuk dua uji yaitu
VIF dan uji korelasi.
Pertama kita lihat pada
uji VIF. Dasar menetukan suatu model memiliki gejala penyakit multikolinearitas
adalah bila nilai VIF lebih besar atau kecil dari 10. Bila nilai VIF lebih
besar dari 10 maka model memiliki gejala penyakit multikolinearitas begitupula
sebaliknya.
Hasil output Coefficients
untuk VIF menunjukkan nilai untuk inflasi (X1) = 1.224, upah minimum (X2) =
3.701, dan Pengangguran Terbuka (X3) = 3.476. Artinya nilai semua variabel lebih
kecil dari 10. Kesimpulan : data atau model tidak terjangkit penyakit
multikolinearitas.
Langkah
24 :
Kedua kita lihat di uji korelasi. Langkah untuk melakukan uji korelasi berbeda
dengan uji VIF. Caranya dengan memilih Analyze => Correlate => Partial.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
25 :
Masukkan variabel inflasi (X1), upah minimum (X2) dan Pengangguran (X3) ke
dalam kotak Variables. Variabel Y masukkan ke dalam kotak Controlling for.
Kemudian klik ok.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
26 :
Hasilnya sebagai berikut.
Gambar
: Hasil Output SPSS Statistics IBM 23
Interpretasi Output :
Penentuan apakah variabel
terbebas dari masalah multikolinearitas adalah dengan melihat nilai Signicance
(2-tailed). Bilai nilainya lebih kecil dari tingkat alpha 5% atau 0.05 maka
data memiliki gejala penyakit multikolinearitas begitu juga sebaliknya.
Hasil output ini
menunjukkan nilai untuk inflasi (X1) sebesar 0.104 dan 0.797, upah minimum (X2)
sebesar 0.104 dan 0.726, dan pengangguran terbuka sebesar 0.797 dan 0.726.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai di atas 0.05 dan data tidak memiliki
gejala penyakit multikolinearitas.
Langkah
27 : Pengujian terakhir yaitu uji heterokedastisitas. Hasil
dari langkah uji normalitas di dapat nilai (RES_1). Pilih Tranform =>
Compute Variable.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
28 :
Tampilan Compute Variable di kotak Target Variable ketik abresid. Kotak
Function group pilih All, dibawah akan muncul beberapa pilihan fungsi dan pilih
Abs. Klik panah atas dan masukkan variabel Unstandardized
Residual atau RES_1 ke dalam kotak Numuric Expression. Klik ok.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
29 :
Kita dapatkan nilai abresid.
Gambar : Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
30 :
Berikutnya pilih Analyze => Regression => Linear.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
31 : Masukkan variabel abresid pada kotak Dependent dan
variabel inflasi (X1), upah minimum (X2), dan pengangguran terbuka (X3) pada
kotak Independent(s). Klik ok.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
32 :
Hasilnya sebagai berikut.
Gambar
: Hasil Output SPSS Statistics IBM 23
Interpretasi Output :
Hasil output di atas
dapat dilihat dari nilai t-statistik. Penentuan terjangkit atau tidak penyakit
heteroskedastisitas adalah bila nilai t dari tiap variabel tidak melebihi
tingkat alpha 5% atau 0.05. Dapat dilihat bahwa nilai t-statistik inflasi (X1)
sebesar 0.057, upah minimum (X2) sebesar 0.330, dan pengangguran terbuka (X3)
sebesar 0.458 serta Constant sebesar 0.334. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
nilai ini di atas 0.05 dan data tidak terjangkit penyakit heteroskedastisitas.
Langkah
33 :
Uji Linearitas. Pilih Analyze => Compare Means => Means.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
34 :
Muncul kotak Means. Masukkan variabel dependen dan independen.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
35 :
Berikutnya klik Options, di bagian “Statistics for First Layer” pilih Test of
Linearity dan klik Continue.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
36 :
Klik ok.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
37 :
Hasilnya sebagai berikut.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Interpretasi Output :
Dapat dilihat bahwa hasil
tidak muncul. Mengapa hasil tidak muncul ?
Karena jumlah data tidak
sesuai dengan kaidah olah data yang mengharuskan n>30. Data yang penulis
gunakan hanya memiliki sampel 7 tahun. Pada dasarnya data time series harus
memiliki minimal jumlah sampel 30 (n). Bila jumlah sampel kurang dari 30 akan
menyebabkan masalah pada pengujian data. Oleh sebab itu karena ini hanya
sebagai contoh saja, maka penulis akan menambahkan data (tidak dianjurkan di
penelitian sesungguhnya) agar hasil linearitas bisa kita dapat. Penulis akan
menambah data maksimal 6 tahun di setiap variabel. Data yang penulis tambahkan
masih belum sampai 30 tahun, tetapi ini tidak masalah sebab hanya sebagai
contoh mencari dan membaca hasil linearitas.
Langkah
38 :
penulis akan menambah data sebanyak 6 tahun (dengan data yang penulis buat
sendiri).
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Langkah
39 :
Lakukan pengujian seperti langkah awal. Hasilnya sebagai berikut.
Gambar
: Pengolah SPSS Statistics 23
Interpretasi Output :
Hasil output di atas menunjukkan linearitas terjadi jika nilai sig. < 0.05. Bila nilai
sig. > 0.05 maka tidak terjadi linearitas pada data. Korelasi yang baik jika
terdapat hubungan linear antara variabel predictor (independen) dengan variabel
kriterium (dependen). Contoh : seorang lulusan sarjana ekonomi menjadi pakar
ekonomi di pemerintahan. Maka hubungan keilmuan antara pendidikan dengan
pekerjaan adalah linear atau saling berhubungan. Lain halnya jika keilmuannya
ekonomi tetapi pekerjaannya menjadi sejarahwan, maka hubungannya tidak linear
atau tidak saling berhubungan.
Dasar pengambilan
keputusan untuk interpretasi hasil linearitas adalah :
Dilihat nilai
signifikansi (Sig.) dari output ANOVA Table :
1.Bila nilai Deviation from Linearity sig.
> 0.05 maka terdapat hubungan linear dan signifikan antara variabel
independen dan dependen.
2.Bila nilai Deviation from Linearity sig.
< 0.05 maka tidak terdapat hubungan linear dan signifikan antara variabel
independen dan dependen.
Dilihat nilai
F-hitung dengan F-tabel dari output ANOVA Table :
1.Bila nilai F-hitung < F-tabel
(disesuaikan dengan F-tabel) maka terdapat hubungan linear dan signifikan
antara variabel independen dan dependen.
2.Bila nilai F-hitung > F-tabel
(disesuaikan dengan F-tabel) maka tidak terdapat hubungan linear dan signifikan
antara variabel independen dan dependen.
Hasil Penelitian :
Dilihat nilai
signifikansi (Sig.) dari output ANOVA Table :
1.Nilai Deviation from Linearity (sig.)
sebesar 0.910 > 0.05 artinya terdapat hubungan linear dan signifikan antara
variabel independen dan dependen.
Berdasarkan nilai
F-hitung dengan F-tabel dari output ANOVA Table :
Sebelum menentukan data
linear atau tidak. Kita cari nilai F-tabel terlebih dahulu. Berikut adalah
contoh tampilan F-tabel.
Gambar
: F-Tabel 0.05
Cari nilai df terlebih
dahulu dengan rumus :
Keterangan :
k=jumlah variabel penelitian (independen)
n=jumlah observasi/data/responden
df=degree of freedom
Dalam penelitian ini
jumlah k = 3 (inflasi, upah minimum, dan pengangguran terbuka). Jumlah n = 13
tahun (tambahan 6 tahun). Selanjutnya kita masukkan ke dalam rumus menjadi :
Setelah itu lihat
pada nilai F-tabel .
Gambar
: F-Tabel 0.05
Interpretasi Output :
Kita peroleh nilai
F-tabel sebesar 3.71. Nilai ini bandingkan dengan F-hitung. Berdasarkan output
ANOVA di dapat nilai F-hitung sebesar
0.283 < 3.71, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan linear dan signifikan
antara variabel independen dan dependen.
Informasi ekonometrika
secara lengkap, silakan kunjungi channel youtube saya di : Dimas Channel
Note : Silakan bagi
teman-teman yang ingin meng-copy artikel ini. Mohon sertakan sumber aslinya.
Terima Kasih :-)
Haloo uji asumsi klasik untuk korelasi berganda dan korelasi produk moment perason apa saja ya
ReplyDelete